Sunday, July 5, 2015

RASULAN atau BERSIH DESA



Tradisi Bersih Desa ini dilaksanakan satu kali dalam setahun, yaitu pada waktu penduduk tani selesai melaksanakan panen padi raya secara serentak. Bersih Desa atau Mejemukan oleh paa penduduk tani dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada Dewi Sri (Dewi Padi) sebagai penjaga keamanan para tani, sehingga mereka berhasil panen padi yang telah ditanamnya, disamping itu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengabulkan panan hasil tanaman padi tersebut.
Namun, pengertian ini serasa menyimpang jika diterapkan dengan fakta yang ada tentang upacara bersih desa di Desaku. Tepatnya Dusun Sembuku, Ngenep, Dada payu, Gunung kidul. Upacara Bersih Desa yang disebut  “Grebeg Ngenep”  ini selalu diadakan setiap tahunnya yang melibatkan 5 dusun yakni dusun Sembuku (sebagai tempat utama penyelenggaraan), Mojo, Karangtengah, Nogosari, Kauman, dan Pomahan. Seingat saya, ritual ini sering kali dilaksanakan antara bulan Juli sampai September, hanya saja tidak selalu tepat seusai panen padi. Seperti bersih desa tahun ini misalnya, upacara ini dilaksanakan justru saat musim watun/matun (mencabut rumput liar di sawah). Di saat matun seperti ini, biasanya hanya para ibu saja yang laku tenaganya. Karena pekerjaan matun ini biasa dilakukan oleh para ibu. Sedangkan para bapak lebih banyak menganggur. Tapi tak sedikit juga para bapak yang giat bekerja sebagai tukang tebang. Hal ini pun juga apabila bertepatan dengan musim tebang tebu.
 Ritual ini hanya berlangsung satu hari dua malam saja, namun para warga harus merogoh koceknya lumayan dalam. Bagaimana tidak, ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Misalnya, berbagai macam sesaji juga uang iuran untuk menanggap hiburan rakyat, biasanya berupa kesenian Jawa. Campursari, Gambyong, Reog, atau Wayang kulit.
Baiklah, mari kita bicara tentang tujuan diadakannya upacara bersih desa ini. Menurut Bapak Mangasiyanto kepala dusun sembuku, ritual ini ditujukan kepada yang Mbahureksa Dusun Ngenep (sembuku, mojo, kauman, karangtengah, nogosari dan pomahan), agar supaya dia tidak marah dan murka karena tak mau bagi sesaji atau rejeki. Jika tak melakukan ritual ini, maka warga desa akan kesulitan mencari rejeki, sawahnya akan gagal panen dan parahnya, akan banyak orang yang akan sakit. Hampir seluruh warga mengikuti upacara ini, namun ada juga beberapa warga yang tak ikut serta menyiapkan sesaji dan upacara tapi ikut menikmati hiburannya.
Sesaji yang disajikan biasanya berupa Kepala kambing yang sudah dipanggang (menurut cerita dulu yang digunukan bukan kepala kambing tapi kepala kijang) lengkap dengan lauk pauk yang lainnya. Acara selamatannya pun juga diadakan sebanyak dua kali.Pertama  diadakan di rumah atau pusat di adakanya upacara rasulan, dan yang kedua dilaksanakan setelah kirab dari tempat penyelenggaraan ke masjid Gedhe Nogosari.Jadi saat seperti ini, akan banyak sekali makanan enak yang tersaji.Pada saat kirab,setiap dusun mnyediakan satu buah gunungan berupa hasil bumi ataupun apa saja yang menggambarkan dusunya tersebut dan didalamnya terdapat Nasi Ingkun(nasi santan+ayam jawa matang) yang kemudian menjadi rayahan bagi warga peserta kirab.selain itu setiap KK menyetorkan makanan ke tempat penyelenggaraan rasul.
Saat selamatan di pendopo tempat utama penyelenggaraan bersih desa tersebut,saya mencoba mendengarkan apa ujubnya (niat doanya), ternyata doanya berupa kalimat-kalimat syukur, doa keselamatan, dan banyak sekali membaca Al fatihah. Hal ini tak jauh beda dengan selamatan dilaksanakan setelah kirab dari tempat penyelenggaraan ke masjid Gedhe Nogosari namun doa-doanya pun ditujukan pada Allah Yang Maha Esa,tapi tujuanya pada Mbah yang Mbahureksa.

No comments:

Post a Comment